Contoh Makalah Study Tour di Daerah Kota Banjar


BAB 1
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pelestarian sumber daya alam perlu diupayakan khususnya di Kota Banjar, karena
dengan kita melestarikan sumber daya alam maka akan banyak mencapai manfaat baik dari segi
lingkungan, ekonomi, dan juga kesehatan.Berangkat dari hal tersebut makalah yang akan kami
bahas berjudul SaT-k-Pol APKBC (Study Tour ke Pengolahan Air, Perkebunan Karet
Batulawang dan Ciungwanara) khususnya sumber daya alam ruang yang ada di daerah Kota
Banjar Jawa Barat.
Kami selaku warga Kota Banjar sudah seharusnya melestarikan sumber daya alam yang
ada. Sumber daya alam yang ada di Kota Banjar yang berupa sumber daya alam ruang yaitu
diantaranya : Pengolahan Air, Perkebunan Karet Batulawang dan Ciung Wanara. Sumber daya
alam ruang tersebut diatas kini dilestarikan atau dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Banjar
menjadi objek wisata yang bertemakan alam.Pemerintah Kota Banjar melestarikan sumber daya
alam ruang yang diajadikan objek wisata karena mempunyai sebuah situ besar yang luas
keseluruhannya ± 2,5 Ha yang banyak ditumbuhi oleh pohon jati, pinus dan mahoni. Sisi lain
dari keunikan situ mustika yaitu ada pulau kecil diantara situ tersebut. Kawasan Ciung Wanara
merupakan sebuah objek wisata alam. Perkebunan Karet Batulawang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kota Banjar untuk menghasilkan karet yang berkualitas tinggi. Adanya pelestarian
sumber daya alam ruang yang disulap menjadi objek wisata alam harus terus diupayakan
kelestariannya karena mempunyai banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia yang
khususnya di Kota Banjar.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami mengungkapkan perumusan
permasalahan sebagai berikut :
1.        Bagaimana cara proses mengelolah karet ?
2.        Bagaimana proses penjernihan air ?
3.        Apa saja macam-macam peninggalan zaman dahulu di daerah Ciung Wanara ?
C.   Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan Umum Memperoleh informasi dan pengetahuan tentang Pengolahan Air,
Perkebunan Karet Batulawang dan Ciungwanara.
2.      Tujuan Khusus
Agar masyarakat lebih memahami dan mengetahui seberapa penting objek wisata
yang terdapat di wilayah Kota Banjar.
D.   Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menyelesaikan tugas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2.      Sebagai bahan dalam memberikan sumbangan pemikiran pada masyarakat dalam
meningkatkan, menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam yang
sudah ada di Kota Banjar.
E.   Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan kami
menggunakan metode penulisan sebaga berikut :
1.      Studi kepustakaan : yaitu kami membaca buku-buku dan kumpulan mata
pelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.      Studi kasus : yaitu observasi langsung terhadap objek wisata yang akan
diteliti.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
SaT-k-Pol APKBC (Study Tour ke

Pengolahan Air, Perkebunan Karet Batulawang dan Ciungwanara)

A.    Perkebunan Karet Batulawang

           
PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996.
Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
             Pusat kegiatan usaha berada di Kantor Direksi Jl. Sindangsirna No. 4 Bandung, Jawa Barat dengan kebun/unit usaha yang dikelola sebanyak 41 kebun yang tersebar di 11 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Subang, Purwakarta, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis) dan 2 Kabupaten di Propinsi Banten (Lebak dan Pandeglang).
             Tanaman karet yang dikelola PTPN VIII seluas 25.536 Ha tersebar di 14 kebun. Jumlah pabrik yang menghasilkan RSS ada 13 pabrik dengan 2 TPC, 3 concentrated latex, dengan kapasitas terpasang 35.750 ton. Produksi karet yang dipasarkan dalam negeri adalah 80 % sedangkan sisanya sebesar 20 % di ekspor ke Asia, Eropa dan Amerika.

Karet sit asap

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d9/Karet_Sit_Asap.JPG

Gambar 2.1 Karet Sit Asap
Karet sit asap (bahasa Inggris: Ribbed Smoked Sit (RSS)) adalah salah satu jenis produk olahan yang berasal dari lateks/getah tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The Green Book dan konsisten. Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks kebun menjadi lembaran-lembaran sit melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan

Proses Pengolahan Karet :

Penerimaan Lateks Kebun

Tahap awal dalam pengolahan karet sit asap adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).

Pengenceran

Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/22/Pembekuan_Lateks.jpg/200px-Pembekuan_Lateks.jpg

Gambar 2.2 Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum)

Pembekuan

Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7.
Proses Penggiligan Sit.JPG
Gambar 2.3 Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran sit

Penggilingan

Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sit tidak menjadi lengket saat penirisan.

Gambar 2.4 Proses pengasapan karet sit asap dalam kamar asap

Pengasapan

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d6/Proses_Pengasapan.JPG/200px-Proses_Pengasapan.JPGTujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit, memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan. Asap yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan lembaran karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme. suhu yang digunakan di dalam kamar asap adalah sebagai berikut :
  1. Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-45 oC.
  2. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC.
  3. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 55-60 oC.

Sortasi

Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987.

Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pengolahan Sit

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sit antara lain :
  1. Lateks yang berasal dari tumbuhan muda, pada umumnya menghasilkan karet sit yang lekat atau lengkat, lembek serta mudah mengalami pemuluran saat digantung dalam kamar asap.
  2. Kebersihan lateks mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan harus senantiasa dijaga agar diperoleh hasil produk yang sesuai dengan standard.
  3. Untuk tangki penerima yang jauh dari pabrik hendaknya ditambahkan bahan anti koagulan seperti amoniak.
B.    Pengolaan Air
·         Air minum secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian:
1.      Air Tanah        : Secara normal bebas dari kekeruhan dan organisme pathogen.
2.      Air Permukaan : Air sungai, danau dan saluran irigasi.
·         Pengenalan pengolahan air
Proses pengolahan terdiri dari beberapa bagian :
Aerasi→ Koagulasi → Flokulasi → Pengendapan → Penyaringan → Desinfeksi
·         Air minum harus memliki syarat yaitu :
1.      Fisik, Kimia, dan Bakterioligi.
2.      Dengan kata lain harus jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
3.      Tidak berasa, tidak mengandung zat beracun dan bakteri.
·         Proses sederhana penjernihan air :
1.      Air baku dimasukan kedalam bak pengaduk cepat dan lambat yang kemudian dibubuhi dengan PAC (Poli Aluminium Chloride) sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, untuk memisahkan antara flok (Zat penyebab kekeruhan air) dengan air.
2.      Selanjutnya dialirkan kedalam bak pengendap (Bak sedimentasi) dimana flok-flok yang terbentuk akan terendapkan dan terpisah dari air.
3.      Air yan sudah terpisah dari flok dialirkan ke bak penyaring (bak filter ) dengan maksud agar partikel kekeruhan yang tidak terendapkan di bak pengendap (bak sedimantasi) akan tersaring, yang selanjutnya menghasilkan air yang sudah bersih.
4.      Air yang sudah bersih dibubuhi dengan larutan kaporit dengan tujuan sterilisasi
C.    Ciung Wanara
Kisah Ciung Wanara merupakan cerita tentang kerajaan Galuh ( sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit dan Pajajaran ). Tersebutlah raja Galuh saat itu Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana Di Kusumah dengan dua permaisuri, yaitu Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Mendekati ajal tiba Sang Prabu mengasingkan diri dan kekuasaan diserahkan kepada patih Bondan Sarati karena Sang Prabu belum mempunyai anak dari permaisuri pertama ( Dewi Naganingrum ).
Macam-macam peninggalan zaman dahulu di daerah Ciung Wanara sebagai berikut :
1.      Pangcalikan
Pelinggih merupakan sebuah batu bertingkat-tingkat berwarna putih serta berbentuk segi empat, termasuk ke dalam golongan / jenis yoni (tempat pemujaan) yang letaknya terbalik dan digunakan untuk altar.

Gambar 2.5 Pangcalikan

2.      Sahyang Bedil
Tinggi tembok kurang lebih 80 cm. Menurut masyarakat sekitar, Sanghyang Bedil dapat dijadikan pertanda datangnya suatu kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan, namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi.

Gambar 2.6 Sahyang Bedil
3.      Penyabungan Ayam
Tempat ini terletak di sebelah selatan dari lokasi yang disebut Sanghyang Bedil, kira-kira 5 meter jaraknya, dari pintu masuk yakni berupa ruang terbuka yang letaknya lebih rendah. Masyarakat menganggap tempat ini merupakan tempat penyabungan ayam Ciung Wanara dan ayam raja.
Gambar 2.7 Penyabungan Ayam
4.      Lambang Peribadatan
Batu yang disebut sebagai lambang peribadatan merupakan sebagian dari kemuncak, tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai fragmen candi, masyarakat menyebutnya sebagai stupa.
Gambar 2.8 Lambang Peribadatan
5.      Panyandaran
 Di tempat itulah Ciung Wanara dilahirkan oleh Dewi Naganingrum yang kemudian bayi itu dibuang dan dihanyutkan ke sungai Citanduy. Setelah melahirkan Dewi Naganingrum bersandar di tempat itu selama empat puluh hari dengan maksud untuk memulihkan kesehatannya setelah melahirkan.
Gambar 2.9 Panyandaran


6.      Cikahuripan
Di lokasi ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi hanya merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy dan sungai Cimuntur.
Gambar 2.10 Cikahuripan

7.      Dipati Panaekan
Di lokasi makam Dipati Panaekan ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan batu yang berbentuk lingkaran bersusun tiga, yakni merupakan susunan batu kali.
Gambar 2.11  Dipati Panaekan
8.      Pamangkonan
Situs Pamangkonan terletak jauh di sebelah selatan Situs Panyandaan atau di sebelah timur Situs Pangcalikan. Objek berupa susunan batu berbentuk persegi. Pada sisi timur terdapat celah sebagai jalan masuk.
                                                      
Gambar 2.12 Pamangkonan                           
9.      Patimuan
Patimuan adalah pertemuan antara dua buah anak sungai yang tidak akan pernah menyatu.
Gambar 2.13 Patimuan
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian kelompok kami tentang Study Tour ke Pengolahan Air, Perkebunan Karet Batulawang dan Ciungwanara, dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
1.      Pemanfaatan karet sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah sebagai bahan ban mobil, sendal, dan lain sebagainya.
2.      Air mineral yang telah diproses hingga bersih menguntungkan semua masyarakat yang berada di wilayah Kota Banjar.
3.      Pengawasan dan pembudidayaan situs-situs kuno yang berada di wilayah Ciung Wanara Karangkamulyan masih tetap terjaga keasliannya.
B.       Saran :
Berdasarkan karya ilmiah ini, kami merasa perlu untuk memberi beberapa tanggapan atau saran yang dapat memberi manfaat badi sekolah dan praktisi pendidikan lainnya :
1.      Dalam pemanfaatan karet, diharapkan masyarakat dapat mengolah karet tersebut dengan baik, benar, dan bernilai ekonomis.
2.      Pemanfaatan air mineral harus digunakan seperlunya saja dan jangan dibuang-buang begitu saja.
4.      Masyarakat harus lebih peduli terhadap situs-situs kuno yang berada di wilayah Ciung Wanara Karangkamulyan.
Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tidak berarti selesai permasalahan yang diteliti, namun masih banyak masalah lain yang perlu diperhatikan dan belum terungkap, maka kepada penyusun selanjutnya untuk mencari variable lain yang ada kaitannya dengan masalah di atas. Kepada berbagai pihak, kami berharap memberikan masukan atau saran yang kontruktif demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

DAFTAR PUSTAKA
 http://www.navigasi.net/goart.php?a=bukrnmln
www.pn8.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkebunan_Nusantara_VIII

http://www.bumn.go.id/ptpn8/tentang-kami/tentang-perusahaan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Karet_sit_asap
Arsip PDAM Kota Banjar

No comments:

Post a Comment